Pacuan Kuda Indonesia Perlu Kolaboratif dan Inovatif Hadapi Perkembangan Internasional

Aryo Djojohadikusumo, Chief Delegate Indonesia Sebagai Asian Racing Conference Di-40 Ke Sapporo, Jepang (berdiri kedua Di kiri) mengikuti Asian Racing Conference (ARC), salah satu event internasional utama Federasi Pacuan Kuda Asia.

Indonesia menjadi satu Di 40 Negeri yang berpartisipasi Di Asian Racing Conference (ARC) Di-40 Ke Sapporo Jepang yang berlangsung, 27 Agustus – 1 September 2024. Kegiatan Ke Sapporo Convention Center, Jepang, yang dihadiri lebih Di 800 delegasi ini banyak menyoroti perkembangan pesat dan tantangan industri pacuan kuda Internasional.

Aryo Djojohadikusumo, Chief Delegate Indonesia Sebagai ARC Di-40, mengaku bangga dapat hadir dan diundang Di Kegiatan tersebut. Katanya, pacuan kuda tidak hanya menjadi Aktivitasfisik dan Kearifan Lokal Dunia Indonesia yang sudah ada Dari ratusan tahun lalu.

“Pacuan kuda juga menjadi salah satu Aktivitasfisik yang dipertandingkan Ke Pekan Aktivitasfisik Nasional Di-21 Ke Sumatera Utara-Aceh yang Berencana diselenggarakan mulai 8-20 September 2024,” kata Aryo Di keterangan resminya.

Konferensi ARC Memiliki sejarah panjang Di perkembangan industri pacuan kuda Ke dunia. Konferensi yang pertama kali dilaksanakan Ke Tokyo, Jepang, Dari tahun 1960 ini merupakan salah satu event internasional utama Di kalender Asian Racing Federation (ARF) yang Di ini beranggotakan 28 federasi pacuan kuda.

Aryo menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi industri pacuan kuda secara Internasional Di lain Yang Terkait Di situasi ekonomi, peningkatan Laga Di event sportainment lain, sampai perubahan perilaku konsumen. Khusus Potensi Indonesia, Aryo juga menyoroti potensi besar pasca pembongkaran fasilitas lapangan pacuan kuda yang sangat terkenal Ke Singapura, seiring kebutuhan tanah Negeri Sebagai perumahan rakyat.

“Pelaku industri pacuan kuda Ke Indonesia harus lebih berkolaborasi dan Berkreasi Sebagai Berjuang Di tantangan dan potensi pasar tersebut,” tegas Aryo.

Konferensi ARC tahun ini juga Merundingkan berbagai Permasalahan Ke era digital. Era digital dipercaya telah merevolusi cara Fans terhubung Di Aktivitasfisik. Hubungan digital ini memungkinkan adanya hubungan dua arah Ke mana Fans dapat merasa langsung didengarkan dan dihargai. Dari karenanya, penting Untuk pelaku industri Aktivitasfisik pacuan kuda Sebagai bisa menavigasi kolaborasi dan Perkembangan Di era Transformasi Digital seperti Di ini.

Aryo menyampaikan bahwa konferensi ini baik sebagai sebuah platform Untuk para pemangku kepentingan Sebagai lebih berkolaborasi Untuk kemajuan industri pacuan kuda Asia dan khususnya Ke Indonesia.

“Bagaimana science, Ilmu Pengetahuan dan research dapat Meningkatkan potensi industri pacuan, dan Di konferensi ini, kita bisa Merundingkan dan Membahas bersama Sebagai Merasakan solusi dan Perkembangan Berjuang Di tantangan Ke industri pacuan kuda, khususnya Yang Terkait Di penggunaan Ai”.

Aryo menambahkan bahwa “Industri pacuan kuda Ke Indonesia harus kolaboratif dan inovatif Berjuang Di perkembangan industri Ke kancah Internasional.”

Di konferensi ini juga dilakukan studi banding Di lokasi seperti Shadai Stallion Station dan Nothern Farm, pusat-pusat pengembanganbiakan kuda pacu Ke Jepang. Jepang sudah sangat terkenal Di industri pengembangbiakan kuda pacu kelas dunianya. Salah satu hasil Di industrinya adalah seekor kuda bernama Equinox yang Merasakan gelar Kuda Pacu Terbaik versi Longines Ke 2023.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Pacuan Kuda Indonesia Perlu Kolaboratif dan Inovatif Hadapi Perkembangan Internasional