Jakarta, CNN Indonesia —
Wakil Pejabat Tingginegara BUMN Kartika Wirjoatmodjo Merangsang Keputusan khusus yang membuat produsen Mobil Listrik (EV) Di Untuk negeri beralih Bersama baterai berbasis lithium Ke nikel. Langkah ini dinilai strategis mengingat potensi besar Indonesia sebagai produsen nikel terbesar Di dunia.
“Pelan-pelan kita juga Merangsang regulasi Bagi yang pabrik-pabrik EV Indonesia sekarang, yang produsen mobilnya supaya shifting juga Bersama lithium base Ke nickel base,” ujar Kartika usai Hadir Untuk Peristiwa International Battery Summit 2025 Di Jakarta, Selasa (5/8), dikutip Bersama Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah BUMN, termasuk Lewat kerja sama Bersama CATL dan Huayou, telah masuk Untuk rantai industri baterai EV dan Untuk memperluas Penanaman Modal Asing Di sektor midstream atau industri Antara. Pemerintah juga berharap Pemberian kementerian lain agar bisa Menyediakan insentif tambahan Bagi mempercepat peralihan ini.
Menurut Kartika, kebutuhan baterai EV secara Dunia diperkirakan mencapai 8.800 GWh hingga 2040. Untuk skala ini, Indonesia dinilai punya Kemungkinan besar Memutuskan peran Bersama memperkuat rantai pasok Lewat pengamanan bahan baku, efisiensi distribusi, serta kolaborasi strategis lintas sektor.
Dorongan ini juga sejalan Bersama langkah Kepala Negara Prabowo yang meresmikan proyek ekosistem industri baterai Mobil Listrik terintegrasi Di Karawang, akhir Juni 2025. Proyek ini merupakan hasil kerja sama PT Aneka Tambang (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta konsorsium CATL, Brunp dan Lygend (CBL).
Dikembangkan Bersama hulu Ke hilir, proyek ini mencakup enam subproyek Di dua lokasi: lima Di Halmahera Timur dan satu Di kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang. Nilai total Penanaman Modal Asing mencapai US$5,9 miliar Bersama kapasitas lahan lebih Bersama 3.000 hektare, serta potensi menyerap hingga 8.000 tenaga kerja.
Selain fokus Di skala industri dan Ilmu Pengetahuan, proyek ini juga dirancang Bersama memperhatikan aspek Ketahanan. Energi yang digunakan mengombinasikan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU 2×150 MW), pembangkit gas (PLTG 80 MW), tenaga panas limbah (30 MW) dan tenaga surya hingga 172 MWp.
Langkah ini mempertegas ambisi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai Olahragawan Kunci Untuk rantai pasok baterai EV dunia. Akan Tetapi, mengapa pemerintah begitu Merangsang penggunaan baterai berbasis nikel, bukan lithium seperti yang banyak digunakan Di ini?
Baterai nikel
Baterai tipe NMC (nickel manganese cobalt) dikenal Memiliki kepadatan energi tinggi Supaya dapat menyimpan lebih banyak daya dibandingkan baterai LFP (Lithium Ferro Phosphate).
Kepadatan energi NMC bisa mencapai Disekitar 220 Wh/kg, sedangkan LFP Disekitar 120 Wh/kg. Di atas Alattulis Mobil Listrik menggunakan NMC bisa melaju lebih jauh serta ukurannya dapat lebih ringkas.
Selain soal itu, nikel tersedia melimpah Di Indonesia Supaya bisa menguntungkan Bersama sisi biaya serta rantai pasok lokal.
Perbedaan LFP dan nikel
Meski sama-sama digunakan Di Mobil Listrik, baterai LFP dan NMC atau NCA (Nickel Cobalt Aluminum) Memiliki karakteristik berbeda, berikut rinciannya:
1. Kepadatan energi
Baterai nikel unggul soal kepadatan energi. Artinya, Untuk ukuran dan bobot yang sama, baterai ini bisa menyimpan lebih banyak daya listrik dibanding LFP.
Hal ini membuat kendaraan Bersama baterai nikel mampu menempuh jarak lebih jauh Untuk sekali pengisian.
Sambil LFP Memiliki kepadatan energi lebih rendah, Supaya jarak tempuhnya cenderung lebih pendek. Itulah sebabnya LFP lebih cocok digunakan Bagi Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik harian atau bersegmen entry level.
2. Umur pakai
LFP dikenal Memiliki siklus pengisian lebih panjang. Untuk jangka panjang, baterai ini umumnya lebih Konsisten lama Untuk hal jumlah pemakaian.
3. Stabilitas termal
Salah satu Kelebihan utama baterai LFP adalah kestabilannya Pada suhu tinggi. Baterai ini lebih aman Bersama risiko overheat dan kebakaran, Justru Untuk situasi ekstrem.
Baterai nikel, Di sisi lain, lebih sensitif Pada panas dan memerlukan sistem pendingin yang lebih kompleks Bagi menjaga keamanannya, terutama Di Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik Penampilan tinggi.
4. Biaya produksi
Baterai LFP umumnya lebih murah diproduksi Sebab bahan bakunya lebih mudah diperoleh dan proses produksinya lebih sederhana. Ini juga berkontribusi Di harga jual Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik yang lebih Tantangan.
Sebagai Alternatif, baterai nikel punya harga produksi lebih tinggi. Selain Sebab komponen seperti kobalt dan nikel lebih mahal, proses produksinya juga lebih kompleks dan padat Ilmu Pengetahuan.
5. Inisiatif kendaraan
Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik Bersama baterai LFP umumnya ditemui Di model-model seperti city car dan kendaraan niaga ringan. Contohnya BYD Dolphin dan Wuling Air EV.
Sambil baterai nikel lebih banyak digunakan produsen Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik kelas menengah Ke atas, yang membutuhkan jangkauan lebih jauh dan Penampilan tinggi. Beberapa contohnya termasuk Mobil Hyundai Ioniq 5 dan Toyota Innova Zenix Hybrid.
(job/fea)
Artikel ini disadur –> Cnnindonesia News: Produsen Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik Indonesia Didorong Beralih Pakai Baterai Nikel