Singapura –
Generasi Z atau Gen Z Di ini banyak yang Memiliki Situasi kesulitan tidur malam. Hal ini membuat mereka masih tetap aktif, Kendati sudah memasuki dini hari.
Praktisi Kesejaganan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengakui bahwa Di ini dirinya Merasakan banyak pasien Ke usia 20-an tahun yang Mengkritik kesulitan tidur Ke malam hari dan mengantuk Ke siang hari.
“Gen Z keluhannya ngantukan sama nggak bisa tidur. Karena Itu Kalau siang ngantuk, kalau malam nggak bisa tidur. Karena Itu ini Tanda-Tanda apa? Delayed sleep phase,” kata dr Andreas Ke sela-sela Kegiatan World Sleep Congress 2025 Ke Singapura, Rabu (10/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena Itu insomnia itu nggak cuman gara-gara Tekanan, gara-gara kerjaan lah, nggak. Ada delayed sleep phase. Ini adalah circadian rhythm disorder. Dia bukan nggak bisa tidur, bisa tidur kok, cuman jamnya (dini hari). Tidurnya kadang cuman bisa jam 3, atau subuh,” sambungnya.
Menurut dr Andreas, hal ini tentunya Berencana membuat Kegiatan harian seperti bekerja menjadi terganggu.
“Masalahnya ‘social jetlag’, mesti bangun jam berapa? Mesti kerja kan? Mesti beraktivitas kan? Karena Itu internal clock-nya tidak sesuai Bersama jam sosialnya, Mutakhir ngantuk jam 11-an, atau 12 Ke atas,” katanya..
dr Andreas menambahkan Situasi ini sebenarnya bisa diatasi Bersama mencoba menjauhkan gawai Ke waktu-waktu Sebelumnya tidur.
“Dua jam atau satu jam menurut beberapa Eksperimen (berhenti scrolling sosmed). Tapi, saya nggak terlalu strict, kalau mau lihat gadget dulu silakan lah, cuman diredupkan, blue light screen-nya aktif,” katanya.
“Cahaya biru (blue light) ini lebih bahaya sebetulnya Lantaran bisa menggeser jam tidur. Makannya Gen Z tuh banyak bergeser jam tidurnya. Dan kamu harus benar-benar disiplin. Kalau waktunya tidur ya tidur,” tutupnya.
(dpy/up)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kejadian Luar Biasa Banyak Gen Z Terserang Insomnia, Praktisi Medis Ungkap Biang Keroknya