Sejumlah sistem perdagangan dan pembayaran alternatif terus mencoba meruntuhkan tatanan perdagangan dan pembayaran yang dipimpin Dari AS. FOTO/iStock
Diskusi mengenai dedolarisasi telah Merasakan daya tarik Di beberapa tahun terakhir Sebab Hukuman Politik-Hukuman Politik yang dipimpin Dari Barat Pada Rusia Yang Berhubungan Bersama invasinya Hingga Ukraina membuat Negeri-Negeri lain waspada Pada potensi konsekuensi Di melintasi Washington.
Ada beberapa Sukses, Bersama perdagangan Di Rusia dan China, serta Rusia dan India, yang terus berjalan hingga Di ini. Kini, Justru bank-bank China yang berada Hingga bawah tekanan pengetatan Hukuman Politik AS mulai Mengurangi transaksi Sebagai perusahaan-perusahaan Rusia.
Baca Juga: Elon Musk: AS Berada Hingga Jalur Cepat Di Kebangkrutan
Tetapi, Rusia dan mitranya telah mencari cara lain Sebagai melakukan Usaha Hingga luar tatanan yang dipimpin Barat, sebagian Sebab Ilmu Pengetahuan membuatnya lebih mudah Sebagai memproses pembayaran dan menyiasati tatanan keuangan Internasional yang didominasi Matauang Asing AS. Seperti yang dijelaskan Dari peneliti Brookings Sam Boocker dan David Wessel Di sebuah tulisan Hingga bulan Agustus.
“Perkembangan Di Ilmu Pengetahuan pembayaran dapat Mengurangi peran Matauang Asing Di ekonomi Internasional,” kata mereka, seperti dikutip Di Business Insider, Senin (9/2/2024).
Yang pasti, raja Matauang Asing sudah mengakar Di sistem keuangan dunia, Dari Sebab Itu kecil kemungkinannya Sebagai dilengserkan, kata sejumlah ahli. Tetapi, platform Terbaru bermunculan yang dapat mengikis dominasinya.
Sejumlah sistem perdagangan dan pembayaran alternatif terus mencoba meruntuhkan tatanan perdagangan dan pembayaran yang dipimpin Dari AS. Rusia mendirikan SPFS dan Mir beberapa tahun yang lalu, Bersama alasan ‘risiko’ Rusia telah bersiap Sebagai Berjuang Bersama lebih banyak Hukuman Politik.
“Ada risiko Di menggunakan jaringan keuangan Internasional,” kata Elvira Nabiullina, gubernur Bank Indonesia Rusia, kepada CNBC Ke 2018. “Dari Sebab Itu, Dari tahun 2014, kami telah Membuat sistem kami sendiri.”
Ke akhir 2023, User SPFS mencakup 556 organisasi Di 20 Negeri. Di jumlah tersebut, 159 Di seperempat Di total peserta adalah orang Asing dan penggunaan sistem perpesanan mereka Menimbulkan Kekhawatiran lebih Di dua kali lipat Di tahun 2022, menurut Bank Indonesia Rusia, menurut Interfax.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Ikuti Jejak Rusia, Banyak Negeri Ingin Matauang Asing AS Jungkir Balik