Pembantu Presiden Pembantu Presiden Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO/SINDOnews
Selain aset, posisi keuangan pemerintah terlihat Di total kewajiban Bangsa sebesar Rp9.536,7 triliun dan posisi ekuitas Bangsa sebesar Rp3.536,1 triliun. Kewajiban pemerintah pun naik dibanding catatan Ke 2022 yang sebesar Rp8.920,56 triliun, sedangkan ekuitas naik tipis Di Rp3.404,89 triliun.
“Kenaikan ekuitas tahun 2023 tanpa revaluasi aset adalah pertama kalinya terjadi Dari pelaporan keuangan berbasis akrual ditetapkan. Hal ini tidak terlepas Di membaiknya kinerja penerimaan Bangsa yang diikuti Di belanja pemerintah yang Lebih berkualitas,” jelas Sri Mulyani Untuk Diskusi Paripurna Wakil Rakyat RI Hingga-20 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2023-2024, Kamis (4/7/2024).
Ke kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan Laporan Operasional (LO) Tahun 2023 Di Pendapatan Operasional Rp3.083,2 triliun dan Beban Operasional Rp3.111,7 triliun, yang membentuk Defisit Di Kegiatan Operasional Rp28,4 triliun. Ke sisi lain, terdapat Surplus Di Kegiatan Non Operasional sebesar Rp60,1 triliun, yang membentuk Surplus LO Tahun 2023 sebesar Rp31,6 triliun.
“Surplus LO Tahun 2023 merupakan yang pertama kali terjadi Dari penerapan akuntansi berbasis akrual atau Dari laporan operasional mulai disusun Ke 2015,” kata Sri Mulyani.
Laporan Arus Kas Tahun 2023 Memberi informasi mengenai arus penerimaan dan pengeluaran kas Bangsa Pada tahun 2023. Arus kas bersih Di Kegiatan operasi minus Rp34,8 triliun, arus kas bersih Di Kegiatan Penanaman Modal minus Rp391,6 triliun, arus kas bersih Di Kegiatan pendanaan Rp445,8 triliun dan arus kas bersih Di Kegiatan transitoris Rp88,7 triliun.
“Arus kas bersih Di Kegiatan Penanaman Modal yang bernilai negatif mencerminkan upaya pemerintah Sebagai melakukan Penanaman Modal terutama Untuk rangka mendukung proyek pembangunan infrastruktur,” jelas Sri Mulyani.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Aset Bangsa Capai Rp13.000 T per 31 Desember 2023