Jakarta –
Ke Di denting logam dan panasnya bara api, para empu Ke Sumenep terus menempa warisan leluhur. Bukan hanya senjata, keris khas Sumenep adalah simbol kebudayaan yang menghidupkan desa, Menarik Perhatian wisatawan, dan mengantarkan Madura Hingga panggung dunia.
Kabupaten Sumenep Ke Provinsi Jawa Timur Memiliki Desa Aeng Tongtong yang dijuluki kampung keris. Berada Ke Kecamatan Saronggi, desa tersebut yang merupakan sentra perajin keris telah mashyur Dari dahulu kala. Kini, desa itu mulai menggeliat sebagai salah satu destinasi wisata Kebiasaan Global yang ada Ke Kabupaten Sumenep.
Desa yang kini disebut sebagai desa Didalam perajin keris terbanyak Ke dunia. UNESCO mencatat sebagai sebuah keistimewaan dan pembeda.
“Kita tahu bahwa Sumenep ini kan dikenal Didalam Kota Keris Agar prosesi-prosesi Kebiasaan Global jamasan, bagaimana mencuci pusaka Didalam berbagai bunga tujuh rupa. Dan dilakukan prosesinya Dari mpu dan Ke Sumenep ini mpu terbanyak Ke dunia, ada seminar hampir 600 mpu yang tersebar Ke berbagai pelosok termasuk yang paling banyak Ke Desa Aeng Tongtong,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Latihan, dan Parwisisata Kebupaten Sumenep, Mohammad Iksan, kepada detiktravel belum lama ini.
Pada berkesempatan berkunjung Hingga desa tersebut, bertemulah detiktravel Didalam mpu perempuan yang Pada ini ada Ke Desa Aeng Tongtong, Ika Arista. Keunikan atau ciri khas Keris Sumenep Didalam keris Area lainnya terletak Ke bahan baku hingga ukirannya.
“(Keris) Sumenep itu satu dia punya kandungan nikel yang tinggi Karena Itu babian bilah putihnya nikelnya lebih tebal daripada keris yang lain. Itu menjadi ciri khas sekali Lantaran memang kita Disekitar sekali Didalam Luwu Ke Sulawesi, Area terluar Sumenep sendiri kan lebek Disekitar Didalam Sulawesi,” kata Ika Di perbincangan Didalam detiktravel Ke kediamannya.
“Karena Itu pertukaran materialnya lebih gampang Untuk mengakses nikel, Lantaran waktu itu Luwu dikenal sekali Didalam produsen nikel terbesar. Karena Itu salah satu ciri Di (Keris) Sumenep itu pasti nikelnya lebih tebal,” ia melengkapi.
Lalu selain Di kandungan nikel yang lebih besar, Ika juga menyebutkan kekhasan Di Keris Sumenep itu terletak Ke warangkanya atau sarung Untuk keris. Selain Di bahan baku kayu yang dipakai Untuk warangka, juga terdapat ukiran-ukiran yang khas nan rumit.
“Lantaran secara geografis (variasi) pohon kita juga tidak banyak sebab kita adalah bukit kapur dan tegalan. Karena Itu tanaman yang tumbuh juga tidal banyak, maka kayu yang digunakan sebagai warangka pun pilihannya tidak banyak,” kata Ika.
Jika Ke Area Jawa lainnya banyak menggunakan jenis kayu seperti cendana, tin-tin, tomato, hingga terembalu yang secara corak dan material sudah cukup Memiliki kekhasan. Ke Sumenep sendiri biasanya warangka menggunakan jenis kayu kemuning, mimba, dan sentigi, yang secara hidupnya tidak membutuhkan banyak menyerap air.
“Lantaran tidak punya jenis kayu yang motifnya lebih banyak daripada Area lain, maka kita menjual nilai kreatifitasnya. Di zaman dulu keris-keris kas pakem Sumenep warangkanya pasti berukir, entah Di bulu atau Pada bawah Di warangka, itu rata-rata semuanya berukir,” katanya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Sumenep Menempa Kebiasaan Global dan Mendunia Lewat Keris